Life journal #2: "Seringkali lupa bahwa diluar sana mungkin saja ada yang lebih menderita"

Setiap kali saya berada di tempat umum, saya selalu mencoba mengamati orang-orang yang berlalu lalang, seringkali bertanya di dalam hati, perjuangan apa yang telah mereka lalui dan alami pada hari ini, tampaknya ada yang memasang muka melas, ada yang murung, tapi tak sedikit juga yang tersenyum ria bersama orang terkasih atau sibuk melihat gawai yang ada di tangannya.
Saya yakin seseorang diluar sana banyak sekali yang sedang berjuang secara finansial,
seseorang yang mungkin saja baru kehilangan orang yang dicintai,
seseorang yang punya hubungan tapi harus berakhir kandas,
seseorang yang sedang sakit dan lelah mengonsumsi obat-obatan karena suatu penyakit,
seseorang yang mungkin kesulitan untuk menaikkan atau menurunkan berat badan,
seseorang yang mungkin sedang frustasi dengan tuntutan perihal dunia perkuliahan yang melihat teman-temannya satu persatu telah menyelesaikan.

Seseorang dari kerumunan ini bisa jadi secara diam-diam mengalami gangguan mental akibat pekerjaan atau lingkungannya, seseorang yang hampir menyerah, dan saya tidak akan pernah tahu itu.
Jadi saya putuskan untuk memilih bersikap baik, karena seseorang bisa saja sangat menderita tetapi kita tidak mengetahuinya.

Life journal #1: “Kira-kira, diriku ini cukup tidak, ya?”

Orang-orang sering lupa untuk menghargai sesuatu yang ada di dalam diri kita, maupun kejadian yang terjadi di kehidupan kita.

Maunya selalu lebih.

padahal segala hal yang datang dalam hidup kita akan selalu terasa kurang dan gak akan pernah merasa tepat, kalau kita gak belajar satu yang paling penting; merasa cukup.


Makin kesini makin sadar kalau bahagia gak butuh alasan yang banyak.
Cukupi lihat sekitar,
pahami yang ada,
hargai yang bertahan,
bantu yang butuh,
tinggalkan yang menyakiti,
dan syukuri apa yang tersisa maupun yang akan datang nantinya.


sesederhana dan secukup itu.

Semoga hari ini segala hal terasa cukup.
semoga hari ini aku lebih pintar serta lebih mampu mencukupkan segala hal yang masih terasa kurang di dalam diriku.

Dan, jangan lupa bersyukur.

Teman Perjalanan di Pukul Setengah Lima.



Dua Minggu yang lalu aku unggah postingan ini di instagram-ku, mumpung konten di blog ini sepi banget dari 2 tahun yang lalu, jadi ikutan posting disini juga deh.

Novel terbitan September 2023 ini terbilang masih fresh banget buat dibaca, jadi yang penasaran boleh langsung dibaca review di bawah ya.

buku ini dibaca ketika aku lagi diperjalanan pulang kampung dari kota Tanjungpinang menuju Tanjungbatu.
Naik speed kecil dengan muatan yg cukup penuh, alhasil buku ini jadi teman perjalanan + headset yang tidak boleh ketinggalan.

Baca buku ini kita diajak main rollercoaster, Alina yang dingin, Alina yang takut bahagia, Alina yang merasa selalu baik-baik saja.
Alina berada di dalam rumah yang tidak utuh lagi semenjak ayahnya berubah menjadi monster untuk ia dan ibunya.
Alina yang tidak suka pulang, Alina yang menafsirkan bahwa "rumah" sebenarnya tidak benar-benar ada.

sebagian kecil cerita Alina pernah terjadi di kehidupan aku, jadi pas baca buku ini dan masuk ke dunia Alina jadi ngerti dan paham apa yang dirasakan Alina.

Alurnya maju mundur, tapi gak bikin pusing karna mbaa ntsana menyusun semuanya sangat apik langsung ke intinya, gak bertele-tele.

Pukul Setengah Lima - Rintik Sedu
5/5 ⭐

LINGKUNGAN MANGROVE SEMAKIN TERANCAM

 Oleh : Ayu Wulandari

NIM : 190254244016

(Mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Perikanan, UMRAH)







ARTIKEL

           Hari konservasi ekosistem mangrove internasional (international day for the conservation of the mangrove ecosystem) selalu di peringati pada tanggal 26 juli dan peringatan ini adalah salah satu pengingat untuk kita betapa pentingnya pelesatarian serta pemanfaatan dari hutan mangrove ini. 

            Hutan mangrove ini merupakan ekosistem pendukung kehidupan masyarakat di wilayah pesisir yang mempunyai banyak manfaat. Hutan mangrove yang umumnya disebut juga hutan bakau adalah hutan yang tumbuh diatas rawa-rawa air payau yang terletak pada garis pantai dan juga dipengaruhi oleh pasang surut air laut. 

                   Namun di indonesia ini sendiri untuk hutan mangrove ini sudah semakin banyak terancam akibat dari penebangan liar atau ilegal, penggunaan lahan untuk pemukiman perikanan pertanian dan juga perkebunan serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga pelestarian hutan mangrove sehingga berdampak pada kerusakan lingkungan seperti berkurangnya keanekaragaman hayati di wilayah pesisir, memanfaatkan abrasi pantai serta meningkatnya pencemaran pantai dan masih banyak lagi dampak lainnya. 

                Untuk itu kita sebagai masyarakat yang perduli terhadap lingkungan dan alam sudah seharusnya kita menjaga lingkungan apalagi untuk lingkungan mangrove ini jangan sampai penebangan liar atau ilegal ini semakin marak terjadi. Kalau bukan kita yang menjaga siapa lagi mari sama sama menjaga untuk keutuhan dan pelestarian lingkungan mangorve tersebut.




















PENCEMARAN LINGKUNGAN AIR LAUT

Oleh : Vivi Kurniati

NIM : 190254244013

(Mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Perikanan, UMRAH)




Tanpa disadari lingkungan kita saat ini terancam, dari tahun ke tahun bukan kian membaik namun, kian memburuk. Pencemaran pada lingkungan air laut merupakan keadaan dimana bahan atau zat kimia buatan manusia rusak dan merubah lingkungan laut. Di saat pendemi seperti saat ini, limbah yang ada dilaut kian membanyak dari sampah plastik, masker, puntung rokok, dan limbah minyak yang dapat mencemari laut kini sulit teratasi. Hal ini merugikan bagi manusia bahkan juga biota yang ada dilaut, merebaknya sampah masker dilaut pada saat pendemi kian menjadi momok. Akibat dari penggunaan masker sekali pakai yang melonjak, menimbulkan efek peningkatan limbah masker bekas yang terapung dipermukaan laut. hal tersebut dikahwatirkan jika masker  yang telah terkontaminasi covid-19 bisa membawa dampak bagi kehidupan laut.

Banyak biota- biota laut yang terjebak di situasi habitat rusak hingga sulit mendapatkan tempat tinggal, dan sulitnya hewan laut dalam melakukan aktivitas karena terjerat oleh sampah yang menyebabkan banyak hewan mati, bahkan kini hewan langka yang seharusnya dilestarikan pun semakin punah.

Berdasarkan pengamatan yang terjadi di masyarakat, sebagian besar masyarakat masih kurang memilki kesadaran bahwa pentingnya menjaga lingkungan laut. laut di Indonesia harus terjaga agar tidak tercemar karena sampai saat ini Indonesia memilki laut yang lebih luas dibandingkan dengan daratan, hal yang dikhawatirkan adalah ketika memuncaknya pencemaran laut yang dapat memusnahkan biota laut lainnya. Hal tersebut sangat berbahaya bagi kehidupan makhluk hidup, walaupun seperti yang kita ketahui bahwa membuang sampah sepertinya menjadi sebuah tradisi untuk manusia. Namun, hal tersebut  masih bisa diatasi dengan cara mengolah bahan sampah plastik tersebut untuk dijadikan furniture, tas, peralatan rumah tangga, sehingga didirikan Sea Monkey Project yang bertujuan untuk mengatasi masalah plastik dan jenis sampah lainnya yang ada di lautan. Sehingga, selain dapat mencegah pencemaran lingkungan pada air laut, hal ini juga bisa memperbaiki keadaan ekonomi sebuah keluarga untuk menciptakan atau mendaur ulang sampah plastik tersebut dengan menjadikan bahan- bahan yang berguna. Sedangkan menurut undang- undang no 32 Tahun 2004 tentang kelautan seharunya pemerintah menetapkan kebijakan penanggulangan dampak pencemaran laut dan bencana keluatan melalui: pengembangan sistem pengendalian pencemaran laut dan kerusakan ekosistem laut, namun nampkanya sampai saat ini hal itu belum terealisasikan. Jadi, Sadar akan lingkungan yang bersih dan sehat agar semua mahkluk hidup dapat terselamatkan merupakan prinsip yang harus dijalankan dalam setiap individu untuk menghindari pencemaran air laut.






Daftar Pustaka:

Lambonan, Erika Jestika. 2016. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Laut Menurut Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Keluatan. Tersedia: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/lexetsocietatis/article/view/28494 ( 23 Desember 2020) [Online]









OPINI : Mahasiswa Keluhkan Proses Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) Pada Masa Pandemi Covid 19



Oleh : Anggi Rima Nauli Siregar
NIM : 190388201011
(Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia)


Kundur - Kondisi pandemi Covid-19 ini mengakibatkan perubahan yang sangat besar, termasuk di bidang sektor pendidikan. Seolah seluruh jenjang pendidikan 'dipaksa' bertransformasi untuk beradaptasi secara tiba-tiba melakukan pembelajaran dari rumah melalui media daring (online). Hal ini sangat berpengaruh dan menimbulkan dampak, sehingga pendidik harus memastikan kegiatan belajar dan mengajar harus tetap dilaksanakan meski di rumah masing-masing. Mereka dituntut untuk lebih kreatif menggunakan media online sebagai sarana untuk mengajar. 

Berbagai Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia juga melaksanakan kuliah online atau Daring. Ini sesuai dengan Surat Edaran yang di buat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease (Covid 19).

Sistem pembelajaran yang dilaksanakan ini menggunakan perangkat personal computer (PC) atau laptop serta juga menggunakan Handphone Android yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Hal inilah yang membuat mahasiswa dilema atas pemberlakuan sistem pembelajaran yang baru ini. Kuliah online dilaksanakan melalui aplikasi Whatsapp (WA), Zoom, Youtube, Instagram, GoogleClassroom, Edmodo, serta masih banyak lagi. Media-media yang digunakan tentu sangat banyak memakan kuota, dampak yang paling dirasakan dan dikeluhkan adalah borosnya penggunaan kuota internet. Mereka juga menganggap bahwa kuliah daring ini kurang efektif. Kurangnya keterlibatan dosen saat menyampaikan materi juga salah satu alasan yang membuat mereka tidak maksimal memahami materi. Padahal beberapa pihak kampus sudah menerapkan bantuan untuk mengurangi beban mahasiswa, seperti pemberian dana untuk membantu membeli kuota.

Namun, bantuan yang diberikan pihak kampus dinilai kurang bisa membantu. Penggunaan aplikasi zoom dan skype mengharuskan mahasiswa harus selalu standby dan memiliki kuota yang lebih karena aplikasi tersebut sangat banyak menguras kuota. Selain itu, keberadaan lokasi tempat tinggal juga menjadi permasalahan yang cukup rumit. Bagi mahasiswa yang tinggal di daerah perkampungan tentu akses internet sangat sulit mengakibatkan mereka seringkali ketinggalan dalam proses kuliah online karena tidak adanya jaringan.
Keluhan-keluhan lain juga di sampaikan mahasiswa yang membayar UKT. Mereka menganggap bahwa selama proses kuliah daring ini berarti tidak menggunakan fasilitas yang ada di kampus. Harusnya pihak kampus juga memberikan keringanan dalam pembayaran  UKT tersebut. Sempat menjadi kontroversi beberapa masa, akhirnya pihak kampus juga memberikan solusi akan meringankan jumlah UKT meskipun bersyarat. Pihak kampus berharap dengan sedikit bantuan tersebut dapat meringankan beban para mahasiswa.

Nah, sebenarnya setiap dampak yang dirasakan mahasiswa sudah diberi solusi oleh pihak terkait. Seperti bantuan uang kuota dan peringanan UKT, meski tidak benar-benar bisa gratis. Masa pandemi saat ini memang memberikan dampak di berbagai bidang salah satunya di bidang pendidikan. Namun, hal ini tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak mengikuti proses pembelajaran. Akan ada banyak jalan keluar di setiap permasalahan yang datang. Jadi, tetap semangat dan semoga pandemi ini segera berakhir dan dapat kembali hidup normal.



MAHASISWA LUAR BIASA DI UNIVERSITAS BIASA !





Sampai sekarang saya masih tidak habis pikir dengan mereka-mereka yang masih suka membanding-bandingkan antara Universitas A dengan Universitas B.
Konon, masuk di Univ A ini nanti gak elite, gak jaman, gak modern, gak berkualitas, nanti masa depan gak cerah kalo di Univ A.



Shut up! 



Untuk mereka yang diberi kesempatan duduk di perguruan tinggi ternama tanpa menjelekkan univ lainnya, saya ucapkan selamat, kamu pantas jadi pemenang.



Dan untuk mereka yang sekarang masih berjuang masuk ke perguruan tinggi ternama, namun masih saja gengsi untuk mengakui bahwa "Harusnya saya tidak disini" , yang masih saja terus membanding-bandingkan karena merasa Univ ini tidak layak untuk dirinya. Ya, selamat berjuang melawan realita.



Tidak ada salahnya memang untuk
berjuang, tapi yang menjadi poin pentingnya disini adalah; sampai dimana batas kemampuan kamu? jangan terlalu memaksakan diri. Sebab, yang menentukan kualitas dan kuantitas tetap diri sendiri yang menjadi penentu, bukan Perguruan Tinggi tersebut.


Jadi sekarang,
tutup mulutmu rapat-rapat, jangan suka banyak omong tapi isinya nol. 


Sekian....

Life journal #2: "Seringkali lupa bahwa diluar sana mungkin saja ada yang lebih menderita"

Setiap kali saya berada di tempat umum, saya selalu mencoba mengamati orang-orang yang berlalu lalang, seringkali bertanya di dalam hati, pe...